oleh

Keadaan Darurat Lingkungan, Perairan Pulau Mauritius Tercemar Tumpahan Minyak Kapal Kargo

Jakarta, Geomaritimnews, – Laut Mauritius menghadapi kondisi yang disebut sebagai “keadaan darurat lingkungan” setelah sebuah kapal kandas dan menumpahkan minyak di perairan tersebut.

Mauritius sendiri terletak di sebelah pulau Reunion Prancis di Samudra Hindia.

Perdana Menteri Mauritius, Pravind Jugnauth mengumumkan keadaan darurat lingkungan tersebut pada Jumat lalu. Dia juga meminta bantuan Presiden Prancis Emmanuel Macron di Twitter.

“Negara kami tidak memiliki keterampilan dan keahlian untuk mengapungkan kembali kapal yang terdampar,” kata dia seperti dikutip dari CNN.

Situasi darurat juga diungkapkan oleh Menteri Lingkungan Mauritius. “Kami berada dalam situasi krisis lingkungan,” tutur Menteri Lingkungan, Kavy Ramano.

Kemudian pada Sabtu (8/8), menanggapi permintaan bantuan terebut, Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan negaranya telah mengerahkan tim dan peralatan dari Pulau Reunion.

Pada hari yang sama, Sabtu, Menteri Transisi Ekologis Prancis Barbara Pompili turut mengumumkan bahwa Prancis memberikan dukungan kepada otoritas Mauritian untuk menangani kebocoran bahan bakar.

Menurut laporan media lokal dan juru kampanye lingkungan, kapal itu kandas di Pointe d’Esny di timur negara pulau tersebut pada akhir Juli. Lokasi ini dekat dengan cagar alam Blue Bay Marine Park dan sejumlah pantai wisata populer.

Kerusakan pada perahu mengakibatkan kebocoran minyak ke area di sekitarnya dan foto-foto di media sosial menunjukkan minyak kental dan lengket itu melingkupi air dan tanah.

Manajer senior kampanye iklim dan energi Greenpeace Afrika, Khambule memperingatkan kebocoran kapal yang mengakibatkan berton-ton solar dan minyak tumpah ke laut itu mengancam satwa liar di area itu.

“Ribuan spesies di sekitar laguna asli Blue Bay, Pointe d’Esny dan Mahebourg berisiko tenggelam di lautan polusi, dengan konsekuensi mengerikan bagi ekonomi, ketahanan pangan, dan kesehatan Mauritius,” terang Khambule dalam sebuah pernyataan pada Jumat.

Seorang anggota Parlemen Eropa dari Pulau Reunion, Younous Omarjee mengatakan kepada CNN bahwa diperlukan kerja sama internasional untuk menangani “bencana ekologi” ini.

“Ini adalah krisis lingkungan yang serius dan kami belum menyadari semua konsekuensi yang mungkin ditimbulkan. Ini juga mengerikan bagi Mauritius, yang ekonominya bergantung pada pariwisata dan telah terkena dampak pandemi yang parah,” terang Younous Omarjee.

Sebelumnya pada dua pekan lalu kapal kargo MV Wakashio dilaporkan mengalami kebocoran bahan bakar dan menodai air bersih di kawasan laut yang dilindungi secara ekologis di lepas pantai tenggara.

Upaya menstabilkan kapal curah dan memompa 4.000 ton bahan bakar dari palka telah gagal, dan mendorong Perdana Menteri Mauritius, Pravind Jugnauth menyatakan “keadaan darurat lingkungan” lantaran minyak merembes tanpa henti dari celah di lambung kapal.

Para sukarelawan berkumpul di sepanjang pantai, di mana genangan minyak gelap sekarang melapisi terumbu karang, laguna, dan pantai pasir putih tempat Mauritius membangun reputasinya sebagai destinasi wisata alam nan asri.

Kementerian lingkungan Hidup Mauritius mengumumkan pada pekan ini bahwa minyak telah mulai merembes dari lambung kapal, mengkonfirmasikan kejadian yang terburuk.

Foto udara menunjukkan skala kerusakan yang sangat besar, dengan hamparan perairan berwarna biru turkis di sekitar kapal yang terdampar kini berwarna hitam pekat.

 

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

News Feed