oleh

Kemen ESDM Sebut Potensi Sumber Energi Terbarukan Laut Indonesia Tinggi Namun Belum Dapat Dimaksimalkan

Jakarta, Geomaritimnews, – Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral ESDM, potensi sumber energi terbarukan yang mencakup antara lain energi laut, panas bumi, angin, hidro, dan surya di Indonesia mencapai sebesar 470,8 Giga Watt (GW). Namun, baru sekitar 2,5% di antaranya yang telah terutilisasi.

Berdasarkan data Kementerian ESDM, potensi sumber energi terbarukan yang mencakup antara lain energi laut, panas bumi, angin, hidro, dan surya di Indonesia mencapai sebesar 470,8 Giga Watt (GW). Namun, baru sekitar 2,5% di antaranya yang telah terutilisasi.

Potensi energi laut sendiri terdiri dari tiga jenis, di antaranya arus laut, gelombang laut, dan panas laut, di mana total potensi teoritisnya mencapai 4.676,7 GW dan potensi praktisnya mencapai 60,9 GW.

Meski memiliki potensi energi arus laut yang cukup besar. Namun sayang, hingga kini potensi tersebut belum termanfaatkan sama sekali.

Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan, hingga kini pemanfaatan energi arus laut di Indonesia masih belum dilakukan. Padahal, sudah terdapat tiga proposal yang masuk dari calon investor.

“Kita juga sudah ada minimal 2-3 proposal yang masuk dan sedang dibahas Kemenkomarves dan PLN. Nanti kita akan lihat untuk cara mengeksekusi sudah bersepakat minimal ada satu, supaya ada contoh, tapi skalanya harus komersial. Pilot project komersial,” kata Dadan di Gedung Kementerian ESDM, Senin malam (19/9/2022).

Dadan menyebut bahwa Kementerian ESDM sendiri sudah melakukan kajian potensi energi laut yang tersebar di beberapa lokasi, di antaranya yakni di Selat Larantuka, Flores Timur di Nusa Tenggara Timur, Laut Alor di Nusa Tenggara Timur, serta di Selat Bali.

Adapun dari beberapa proposal investasi yang masuk, pemerintah akan membuat satu pilot project (uji coba) dengan skala komersial. Proyek tersebut diharapkan bisa menghasilkan tenaga listrik sekitar 5 hingga 10 Mega Watt (MW).

“Karena ini kan di pulau-pulau bukan di Jawa, sehingga demand gak besar. Kita lihat kombinasi paling cocok kapasitasnya berapa dan keekonomiannya masuk biasanya akan makin besar makin ekonomis. Tapi kalo besar kan ga ada juga yang butuh listrik di pulau tersebut, ” ungkap Dadan.

Mengutip laman EBTKE Kementerian ESDM, pada tahun 2016 silam, P3GL sendiri telah mengolah data kecepatan arus di sejumlah selat yang potensial di perairan Indonesia. Kecepatan arus yang besar umumnya berada di perairan sekitar Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur.

Adapun kecepatan arus berkisar dari 0,6 hingga 3,5 m/s. Kecepatan arus lebih dari 2m/s terdapat di Selat Pantar, Lombok, Toyapakeh, Larantuka, Alas, Molo, Sunda, dan Boleng.

Secara umum, tipe pasang surut (pasut) di perairan Indonesia adalah tipe pasut semidiurnal. Artinya dalam satu hari terdapat dua kali pasang dan dua kali surut.

Metode pelaksanaan akuisisi data survei ini mengacu pada standar European Marine Energy Center, 2009. Pengumpulan data sekunder penelitian ini meliputi data pasang surut, peta geologi, peta topografi, peta batimetri, dan berbagai data dari penelitian terdahulu dan dari berbagai instansi lainnya.

Data sekunder ini dijadikan referensi awal untuk memahami kondisi daerah penelitian, sehingga memudahkan dalam penyusunan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan lapangan.

 

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

News Feed