oleh

Aryo Hanggono : Sampah plastik menjadi ancamana serius di laut

Pariaman,Geomaritimnews – Dalam rangka menyambut Hari Nusantara, Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut kembali memberi dukungan melalui Gerakan Cinta Laut “GITA Laut”. Dalam GITA Laut tersebut, diadakan Pelatihan Pemilahan Sampah Plastik dan Penyadartahuan Mitigasi Bencana Wilayah Pesisir dilanjutkan dengan Gerakan Bersih Pantai dan Laut serta Penanaman 1000 Batang Mangrove. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk melakukan aksi nyata dalam membebaskan laut dari sampah dan upaya mitgasi bencana di lingkungan pesisir dan laut.

Plt Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut, Aryo Hanggono dalam sambutannya yang diwakili oleh Kabag Kerjasama, Humas, dan Pelayanan menegaskan, “Pencemaran dari sampah plastik menjadi ancamana serius terutama di laut. Sampah yang masuk ke laut tidak hanya berasal dari daratan, namun juga berasal dari pelayaran di laut, pulau-pulau kecil, hingga yang terbawa arus”. Lebih dari 250juta kmwilayah lautan terdampak pencemaran. Indonesia saat ini menyumbang sampah plastik hingga 1.29 juta metrik ton/tahun ke lautan. Walaupun sampah yang didapati di laut bermacam-macam, namun sampah plastik yang berada di lautan saat ini mendominasi sebagai jenis yang paling banyak ditemukan. Pada 2050 diduga akan lebih banyak sampah dibandingkan ikan di laut.

“Pemerintah tidak bisa melakukan sendiri, perlu kerjasama dengan LSM, dunia usaha, danketerlibatan lembaga pendanaan dalam upaya pelestarian lingkungan pesisir dan laut kita, serta dikerjakan masyarakat itu sendiri”, papar Aryo.

Sampah plastik yang tidak dikelola dengan baik lalu masuk kelautan akan mengalami proses pelapukan sehingga menjadi mikro dan nano plastik yang akan merusak ekosistem pesisir. Selain itu mikro plastik dan nano plastik ini dapat termakan oleh ikan dan plankton Selanjutnya, produktivitas perikanan dapat menurun dan implikasi dari mikroplastik bisa masuk ke jejaring makanan (food-web) yang akhirnya dapat menimbulkan masalah pada kesehatan manusia. Tidak hanya berdampak pada kesehatan manusia dan ekosistem laut, dampak negatif dari sampah di laut dapat menurunkan pariwisata hingga 1-5% dan pada kondisi teburuk mencapai 8,4%-25,8%.

Sebagai bentuk solusi, beberapa konsep yang sedang dikembangkan terkait pengelolaan sampah adalah 5R, yaitu : 1) Re-Think atau perubahan mindset masyarakat bahwa laut bukan ”keranjang sampah”, sehingga perlu penyadaran masyarakat dan edukasi; 2) Refuse, gerakan hentikan penggunaan plastik sekali-pakai (single-use plastic); berupa penolakan penggunaan tas plastik kresek, sedotan, streofoam, dan jenis-jenis plastik sekali-pakai lainnya; 3) Reduce, mengurangi jumlah penggunaan plastik; 4) Reuse, dengan menggunakan plastik beberapa kali pakai dan 5) Recycle, merubah plastik yang masuk ke laut (ocean bound plastic) ini menjadi produk-produk yang bernilai ekonomis.

Kegiatan Gerakan Bersih Pantai dan Laut merupakan program KKP yang telah diselenggarakan sejak tahun 2002 dan terus berlangsung di tiap tahunnya, dan saat ini menjadi bagian dari National Plan of Action pengendalian sampah plastik yang masuk ke laut, yang telah ditetapkan dengan Peraturan Presiden Nomor 83 Tahun 2018 tentang Penanganan Sampah Laut. Pemerintah tidak bisa melakukan sendiri, perlu kerjasama dengan LSM, dunia usaha, dan keterlibatan lembaga pendanaan dalam upaya pelestarian lingkungan pesisir dan laut kita, serta dikerjakan masyarakat itu sendiri. Menjaga sumberdaya di wilayah pesisir dan lautan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, namun juga harus menjadi tanggung jawab bersama.

Kegiatan Gerakan Cinta Laut dalam Hari Nusantara ini berlokasi di Pantai Gandoriah, Kota Pariaman, Sumatra Barat pada tanggal 11-12 Desember 2019.  Kegiatan ini terbuka untuk umum dan dihadiri oleh 530 relawan dari Kementerian/Lembaga, pemerintah daerah, organisasi masyarakat, influencer, pelajar serta masyarakat lokal. (Humas PRL)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

News Feed