oleh

Permintaan Ikan Menurun Akibat Corona, Nelayan Tegal Merugi Meskipun Tangkapan Sedang Melimpah

Jakarta, Geomaritimnews, – Harga ikan terus anjlok Meski hasil tangkapan ikan nelayan di Kota Tegal Jawa Tengah stabil, hal tersebut akibat seiring lesunya permintaan ikan untuk ekspor di tengah wabah virus corona.

Ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Kota Tegal, Riswanto mengatakan, harga ikan merosot hingga 50 persen. Alhasil, pendapatan bagi hasil nelayan anak buah kapal (ABK) seperti kapal Purse Seine ukuran 50-80 gross tonnage (GT) menurun drastis.

“Dalam keadaan normal bagi hasil nelayan ABK per bulan Rp 1 juta hingga Rp 1,5 juta. Kondisi sekarang menurun menjadi Rp 500.000 hingga Rp. 1 juta per bulan,” ujar Riswanto, Jumat (1/5).

Riswanto mengemukakan, wabah corona cukup berdampak pada sektor kelautan dan perikanan. Meski tangkapan masih cukup melimpah, permintaan justru menurun. Hal itu terjadi salah satunya karena penyerapan ikan oleh industri perikanan berkurang hampir 50 persen dibanding kondisi normal.

“Karena ekspor tidak maksimal akhirnya terjadi penumpukan ikan hasil tangkapan nelayan di pasaran. Yang mestinya terserap ekspor, namun pada akhirnya harus dipasarkan di pasaran lokal,” kata Riswanto.

Riswanto mencontohkan, produksi ikan siro untuk ikan asin, biasanya diserap ekspor tujuan Srilangka dan Pakistan, sekarang tidak berjalan. Salah satu penyebabnya karena adanya kegiatan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di Jakarta. Untuk harga ikan siro saat ini dijual Rp 5.000 per kilogram, jauh dari harga terendah sebelumnya Rp 11.000 per kilogram.

Kemudian ikan layang saat ini dijual Rp 7.000 per kilogram dari semula Rp 11.000 per kilogram. Kedua ikan tersebut merupakan hasil tangkapan kapal purse seine yang juga di ekspor ke luar negeri. Untuk itu, HNSI yang juga mewakili para pelaku usaha sektor perikanan berharap pemerintah bisa memberikan solusi.

HNSI meminta kebijakan pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) RI bisa menurunkan Pungutan Hasil Usaha Perikanan (PHP) sebesar 30 hingga 50 persen sebagai penyeimbang.

“Kami juga mendorong terobosan kepada pemerintah untuk solusi ekspor ikan hasil perikanan untuk ikan asin ke Srilangka dan Pakistan, serta ikan ke China,” ungkap Riswanto.

Menurut Riswanto, pemerintah harus mempunyai penyangga perekonomian saat hasil tangkapan ikan nelayan melimpah, dan pada saat harga ikan hasil tangkapan nelayan anjlok di pasaran.

“Tentu kami berharap wabah Covid-19 segera mereda dan kebijakan PSBB tidak mengurangi laju perekonomian sektor kelautan dan perikanan,” tutup Riswanto

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

News Feed