oleh

DPP Geomaritim Hadiri Diskusi Online “Perikanan 2030 : Mitigasi SDA atau SDM”

Jakarta, Geomaritimnews, – Dalam Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada waktu pandemi Covid-19 ini Dewan Pimpinan Pusat Gerakan Poros Maritim Indonesia (DPP Geomaritim) tetap aktif dan ikut dalam diskusi online bertema “Perikanan 2030 : Mitigasi SDA atau SDM”.

Diskusi yang digelar oleh Ikatan Sarjana Perikanan Indonesia (ISPIKANI) ini membahas diskusi tentang bagaimana Industri Perikanan Indonesia dalam 10 tahun kedepan apakah akan memfokuskan pada pengembangan Sumber Daya Alam (SDA) dan memperlambat pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) atau sebaliknya.

Sebagai Organisasi Masyarakat (Ormas) Gerakan Poros Maritim Indonesia (Geomaritim)  harus jeli dalam mengamati pergerakan politik maritim di Indonesia dengan cara mengikuti diskusi online yang bertemakan maritim seperti ini.

Perwakilan dari Dewan Pimpinan Pusat Gerakan Poros Maritim Indonesia (DPP Geomaritim) Augustin Nurul Fatimah saat menghadiri diskusi mengatakan bahwa menariknya pembicaraan ini yang seharusnya tingkat perkembangan SDA dan SDM Industri Perikanan di Indonesia bisa berjalan bersamaan, tetapi bila di fokuskan salah satu bidang bisa mempercepat perkembangan yang signifikan hanya dalam waktu 10 tahun.

“Diskusi ini menarik untuk diikuti, perkembangan  SDA dan SDM Industri Perikanan di Indonesia bisa berjalan bersamaan, tetapi bila difokuskan hanya dalam 1 bidang antara SDA atau SDM perkembangan salah satunya akan terlihat naik secara signifkan dalam hanya kurun waktu 10 tahun”ujar Nurul.

Diskusi online ini menampilkan narasumber yang ahli dalam bidangnya seperti Dr. Ir. Luky Adrianto, MSc Selaku Dekan FPIK IPB, Dr. Ir. Iqbal Djawad, M.sc selaku Direktur Kemitraan Unhas, Dr. Ir Sri Yanti JS, MPM selaku Direktur KP Bappenas serta Key Note Speaker Prof.Dr.Ir. Rokhmin Dahuri, M.S selaku Koordinator Penasehat Menteri KP Bidang Daya Saing SDM Inovasi Teknologi dan Riset.

Pada diskusi utama Prof Rokhmin menjabarkan bahwa potensi perkembangan kemaritiman indonesia dalam 10 tahun kedepan sangatlah besar bila Indonesia bisa memanfaatkan kondisi keadaan pandemi mulai dari sekarang, seperti mengupayakan sistem bisnis rantai pasok tetap bisa berproduksi dan beroprasi secara produktif,efisien dan, sustainable.

“Bila dalam 10 tahun kedepan ini Indonesia bisa memanfaatkan secara baik keadaan global sekarang ini, maka peluang berkembang dalam sektor kemaritiman sangatlah besar, dengan mengelola bisnis rantai pasok perikanan yang tetap beroproduksi dan beroprasi secara produktif, efisien dan sustainable” ujar Prof Rokhmin.

Ia juga menambahkan bahwa dengan bekerja samanya para instansi pemerintah  seperti penyegeraaan budi daya lobster, Peningkatan modal usaha kepada BUMN Perikanan dan BUMD untuk membeli komoditas ikan dari nelayan dan pembudidaya, lalu menjualnya ke pasar domestik maupun ekspor, serta penguatan dan pengembangan usaha rintisan di bidang perikanan, maka tidak mungkin bila 10 tahun kedepan Indonesia dapat mencapai Produk Domestik Bruto (PDB) ke 4 di Dunia.

“Bekerja dengan baiknya para instansi pemerintah dalam menyegerakan kebijakan yang memberi kemudahan para pelaku bisnis perikanan, tentu dapat membantu mewujudkan Indonesia menjadi negara dengan PDB terbesar ke 4 pada tahun 2030”. Tambah prof Rokhmin.

Dr. Ir Sri Yanti JS pada pembicaraan kedua membahas tentang perkembangan SDA atau SDM secara pesat di Indonesia yang mempunyai tantangan dan peluang masing masing dalam 10 tahun kedepan.

“Pada SDA peluangnya adalah peningkatan kelas konsumsi yang mendorong kebutuhan pangan dengan tantangan penurunan kualitas lungkungan hidup dan perubahan iklim, sedangkan pada SDM peluangnya dapat tercapai puncak bonus demografi dalam 10 hingga 20 tahun kedepan tetapi dengan tantangan sulitnya mengoptimalisasi perlindungan sosial dan cakupan layanan dasar”. Ungpa Sri Yanti.

Di pembahasan terakhir Luky Adrianto membahas tentang pentingnya Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) dan digitalizing fishieris sebagai metode utama dalam perkembangan ekonomi di Indoneisa, yang secara cepat bisa meningkatkan produksi perikanan di Indonesia.

“Dengan WPP dan digitalizing fisheries sebagai metode baru dalam mengelola industri perikanan sangat mungkin Indonesia akan cepat mengalami New Equilibrium dalam jangka waktu hanya 10 tahun”. Tutup Luky

 

 

 

 

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

News Feed