oleh

Konsisten Terapkan Sasi Laut, Warga Negeri Pasinalo Mulai Rasakan Dampaknya

Jakarta, Geomaritimnews,   Dalam upaya untuk melindungi biota laut, Warga Negeri Pasinalo, Kecamatan Taniwel, Kabupaten Seram Bagian Barat, konsisten memberlakukan sasi laut.

Sasi dapat diartikan sebagai larangan untuk mengambil hasil sumberdaya alam tertentu sebagai upaya pelestarian demi menjaga mutu dan populasi sumberdaya hayati (hewani maupun nabati) alam tersebut. Dalam hal sasi laut ini berarti sebuah adat larangan mengambil hasil laut yang berada di wilayah desa nelayan tersebut.

Sasi Laut ini mendapat dukungan dari program Sustainable Ecosystem Advanced (SEA) USAID yang diimplementasikan dalam sebuah Fishery Management Area (FMA) sejak tahun 2018.

FMA sendiri merupakan sarana untuk mengelola perikanan serta ekosistem laut.Program ini bertujuan untuk melestarikan keanekaragaman hayati laut dan memanfaatkannya secara berkelanjutan.

Koordinator FMA untuk wilayah Seram Bagian Barat, Sandra Tjan, melakukan evaluasi program tersebut di Negeri Pasinalo.

‘’Awalnya kami menilai Negeri Pasinalo ini punya potensi laut yang begitu mumpuni, tapi dimanfaatkan dengan cara merusak”, ujar Sandra, Jumat, (06/03).

Dia menambahkan melalui adat sasi laut, setidaknya dapat melindungi biota laut, dan untuk di darat melindungi hasil bumi.Karena budaya sasi dianggap cukup mengikat dalam hukum adat, sehingga warga desa bisa taat menjalankannya.

Karena itu, Sandra dan tim melakukan pendekatan secara persuasif ke pemerintah Negeri Pasinalo untuk menggunakan hukum adat tersebut karena sejalan dengan program menjaga ekosistem laut.

“Hukum adat ini efektif melindungi laut dan ekosistem yang ada di dalamnya, karena itu sasi menarik diterapkan secara berkelanjutan,’’ tegas Sandra.

Program perlindungan biota laut disambut baik masyarakat Negeri Pasinalo.Sekertaris Negeri Pasinalo, Theis Manuputty mengatakan, sasi merupakan larangan untuk mengambil sesuatu sebelum tiba waktunya dan juga larangan merusak alam.

‘’Jika sasi darat untuk melindungi hasil kebun, sedangkan sasi laut untuk melindungi potensi laut, karena itu kini dibuatlah peraturan tentang sasi laut tersebut, ‘’ jelas Manuputty

Dampak dari program ini, kini masyarakat mulai memahami bagaimana melindungi laut dan memanfaatkannya secara berkelanjutan.

Theis,yang juga seorang nelayan di Negeri Pasinalo mengungkapkan, jika selama ini, dia dan teman-teman cenderung menguras isi laut tanpa perhitungan.Kini dia dan rekan-rekannya mulai lebih berhati-hati dan mengikuti aturan dengan tidak melakukan aktivitas melaut di kawasan yang sedang disasi.

‘’Kami tidak lagi menangkap ikan yang masih kecil, dan tidak merusak karang atau menggunakan alat tradisional yang merusak biota laut,’’tambah Manuputty.

Dua tahun berjalan, budaya sasi laut di wilayah ini telah menunjukan kemajuan yang berarti, baik bagi masyarakatnya maupun lautnya.

Masyarakat mengaku mereka kini bisa melihat ikan dengan ukuran besar tanpa harus mendayung jauh, terumbu karang pun mulai tumbuh membaik dan penyu pun tidak takut bertelur di area pesisir.

Panen baru akan dilakukan setahun mendatang warga Negeri Pasinalo bisa menikmati hasil laut yang berlimpah karena aturan adat sasi yang mereka taati selama ini.

 

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

News Feed