oleh

Penyerangan Pasukan Sekutu Dan Peristiwa Bandung Lautan Api

Jakarta, Geomaritimnews, – Warga Kota Bandung rela membakar kotanya demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia,
Hal itulah Peristiwa Bandung Lautan Api (BLA) yang terjadi pada 24 Maret 1946.

Dalam buku Bandung 1945-1946 (2019) karya Egi Azwul Fikri, peristiwa ini dilatarbelakangi beberapa hal.

Di antaranya tuntutan Brigade Mac Donald terhadap masyarakat Bandung untuk menyerahkan semua senjata Jepang yang sudah dilucuti pemuda ke pihak Sekutu.

Kemudian tentara Sekutu membagi Kota Bandung menjadi dua wilayah, yaitu Bandung Utara dan Bandung Selatan. Pengosongan Bandung itu untuk pembangunan markas Sekutu.

Tentara Indonesia dipaksa mundur

Dikutip dari situs Komunitas Aleut, pemerhati sejarah di Bandung, satu hari sebelumnya, 23 Maret 1946, Nederlands Indies Civil Administration (NICA) dan Inggris mengultimatum Tentara Republik Indonesia (TRI) untuk mundur sejauh 11 kilometer dari pusat kota dalam waktu 24 jam.

Itu merupakan ultimatum yang kesekian kali. Sebab pada 20 Desember 1945, pemerintah sudah pernah mendapatkan ultimatum tersebut.

Saat itu, Bandung terbagi menjadi dua wilayah. Wilayah utara dikuasai Sekutu dan NICA, sebelah selatan dikuasai oleh TRI dengan jalur rel kereta api sebagai batas wilayahnya.

Komandan Divisi III yang saat itu memimpin TRI, AH Nasution, menuruti perintah pemerintah pusat melalui Syarifuddin Prawiranegara untuk segera meninggalkan Kota Bandung.

Padahal Markas Besar TRI yang bertempat di Yogyakarta menginginkan wilayah Bandung dipertahankan, dijaga setiap jengkalnya walaupun harus mengorbankan nyawa.

Diambillah keputusan rakyat Bandung mundur, namun TRI serta laskar-laskar tetap bertahan dan berjuang mempertahankan tanah Bandung Selatan walaupun pada akhirnya ikut mengungsi karena keadaan yang tidak mungkin untuk melawan musuh.

Bandung dipisahkan karena Sekutu melihat semakin bersatunya kekuatan laskar dan TRI. Sekutu khawatir keinginan mereka menguasai Bandung tidak tercapai.

Pembumihangusan

TRI, BKR (Badan Keamanan Rakyat), Laskar Rakyat, Barisan Banteng, Barisan Merah, Laswi (Laskar Wanita), Siliwangi, Pelajar Pejuang bersama dengan rakyat berjuang mempertahankan wilayah.

Keputusan meninggalkan Bandung diambil melalui musyawarah Majelis Persatuan Perjuangan Priangan (MP3) pada hari itu juga yang dihadiri semua barisan perjuangan.

Tindakan pembumihangusan itu sendiri diusulkan oleh Rukana yang saat itu menjabat sebagai Komandan Polisi Militer di Bandung.

Setelah keputusan disepakati, AH Nasution menginstruksikan agar rakyat segera meninggalkan Bandung.

Saat itu, rakyat Bandung mengungsi dalam rombongan besar ke berbagai daerah seperti Soreang, Dayeuh Kolot, Cicalengka, Pangalengan.

Mereka mengungsi meninggalkan harta benda, hanya membawa barang seadanya. Rakyat mundur dan Bandung siap dikosongkan.

Pengosongan ini disertai dengan pembakaran kota. Rumah-rumah dan gedung-gedung dibakar oleh masyarakat dan para pejuang.

Hal ini dilakukan agar sekutu tidak dapat menggunakan dan memanfaatkannya. Rakyat tidak rela kotanya diambil alih pihak musuh.

Sebenarnya, perintah mundur ini menyakiti para pejuang di lapangan.

“Kami waktu itu sudah diajari oleh Jepang tentang politik bumi hangus. Dan, kami tidak rela kembali dijajah. Jadi ketika kami mundur semua rumah dibakar oleh pemiliknya,” jelas Akhbar, anggota Laskar Pemuda.

Bandung memerah

Bangunan pertama yang dibakar yaitu bangunan Indische Restaurant yang sekarang lokasinya sekitar Bank BRI jalan Asia-Afrika sekitar pukul 21.00 WIB.

Dilanjutkan dengan pembakaran gedung-gedung penting di sekitarnya termasuk juga rumah-rumah rakyat. Malam itu kobaran api memanaskan kota Bandung.

Dari puncak bukit terlihat Bandung memerah. Dari Cimahi di barat sampai Ujung Berung di timur Bandung. Namun seberapa hangusnya kota Bandung, masih belum pasti.

Di beberapa tulisan disebutkan bahwa gedung-gedung yang dibakar tidak begitu rusak dan masih bisa dipakai, bahkan dijadikan tempat pertemuan penting serta konferensi internasional beberapa tahun kemudian.

Dalam tulisannya di Komunitas Aleut, Asri Mustikaati menceritakan bagaimana neneknya saat kembali dari pengungsian di Pangalengan, mendapati rumahnya tidak terbakar.

“Yang dibakar hanya rumah-rumah di pinggir jalan raya saja,” ucap Asri.

Terjadi pula peledakan gudang mesiu milik sekutu di Dayeuh Kolot. Peledakan dilakukan Moh Toha dan Ramdan dengan menggunakan granat tangan.

Nama Moh Toha kini diabadikan menjadi salah satu nama jalan dan tugu perjuangan di Bandung.

Sepuluh patok dan tugu kecil

Pemerhati sejarah Bandung lainnya, Hevi Fauzan mengatakan, sedikitnya ada 10 stilasi berupa patok atau tugu kecil sebagai pengingat kejadian BLA.

“Patok dan tugu itu dibuat di titik-titik yang ada kaitannya dengan peristiwa tersebut. Ada juga tugu pertempuran-pertempuran di Bandung seputar BLA,” ucap Hevi kepada Kompas.com.

Ke 10 stilasi itu yakni:

1. Stilasi di Jalan Dago, tepatnya belokan Dago-Sultan Agung, depan bangunan Drikleur (Bank BTPN sekarang).

Bangunan bekas kantor berita Domei ini dijadikan lokasi pembacaan teks proklamasi untuk pertama kalinya oleh rakyat Bandung.

2. Stilasi di depan Bank Jabar Banten (BJB) J Braga. Dulu adalah gedung DENIS Bank.

Di atas gedung ini adalah tempat terjadinya perobekan bendera merah-putih-biru menjadi merah-putih oleh pemuda Bandung E Karmas dan Moeljono.

3. Stilasi depan kantor Asuransi Jiwasraya. Kantor yang dulu dikenal dengan nama NILMIJ ini sempat dijadikan markas resimen 8.

4. Stilasi di rumah tepatnya di jalan Simpang. Tempat perumusan dan diputuskannya pembumihangusan Bandung.

5. Stilasi di Jalan Kautamaan Istri

Mengacu pada bangunan di sekitarnya yang sempat dijadikan gedung perkumpulan para pejuang dan menggambarkan kondisi Bandung yang tengah gawat.

6. Stilasi di Jalan Dewi Sartika. Rumah yang ada di belakang stilasi ini adalah rumah sekaligus markas Kolonel AH Nasution.

7. Stilasi di pertigaan Lengkong Dalam-Lengkong Tengah

Merupakan pemukiman Belanda, wilayah yang dibombardir Inggris pada 6 Desember 1945.

8. Stilasi di jalan Jembatan Baru. Batas garis pertahanan pemuda pejuang saat Pertempuran Lengkong.

9. Stilasi di kompleks SD Asmi

Bangunan ini adalah markas bagi pemuda pejuang sebelum Bandung Lautan Api.

10. Stilasi di jalan Moh Toha depan gereja

Sebelumnya adalah gedung pemancar NIROM dimana berita kemerdekaan dan pembacaan teks proklamasi RI disebarkan ke seluruh dunia.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

News Feed