oleh

Ilmuan Temukan Cara Buat Alternatif Baterai Menggunakan Rumput Laut

Jakarta, Geomaritimnews, – Dengan lonjakan penggunaan listrik dari kendaraan lain dunia akan hadapi beberapa tantangan baru, masalah  yang muncul adalah waktu pengisian ulang dan masalah yang terkait dengan jangkauan baterai relatif terbatas. Juga bahan baku baterai dan dampak jangka panjangnya pada lingkungan.

Sejauh ini bahan baku baterai masih bergantung pada material alam bernama Lithium. Nah, dengan permintaan baterai kendaraan listrik atau Electric Vehicle (EV) yang terus meningkat, bahan baku ini ketersediaannya terbatas. Solusi lainnya bagaimana? Sebuah makalah baru-baru ini menyarankan bahwa krustasea bisa menjadi solusi. Berlanjut lagi, para ilmuwan sekarang juga telah menemukan kalau lautan menawarkan jawaban potensial lain untuk masalah ketersediaan Lithium, yakni menggantinya dengan rumput laut.

Baterai natrium-logam sedang dieksplorasi sebagai alternatif untuk lithium, karena mereka menawarkan kepadatan energi yang tinggi dan biaya rendah, tetapi mereka memiliki kekurangan. Di antaranya adalah pertumbuhan dendrit yang tidak terkendali, yang dapat menembus separator baterai, yang pada akhirnya mengakibatkan korsleting.

Tim peneliti yang dipimpin oleh Universitas Bristol telah menemukan bahwa bahan nano yang terbuat dari rumput laut dapat digunakan sebagai pemisah baterai yang lebih kuat. Temuan tim tersebut dipublikasikan di Advanced Materials dan mengatakan bahwa serat yang mengandung bahan nano ini berasal dari rumput laut tidak hanya menghentikan kristal elektroda natrium menembus pemisah tetapi juga meningkatkan kinerja baterai.

“Tujuan dari separator adalah untuk memisahkan bagian-bagian yang berfungsi dari baterai dan memungkinkan pengangkutan muatan secara gratis,” kata Jing Wang, penulis pertama dan Ph.D mahasiswa di Bristol Composites Institute.

Wang melanjutkan, pihaknya dan tim peneliti telah menunjukkan bahwa bahan berbasis rumput laut dapat membuat pemisah menjadi sangat kuat dan mencegahnya tertusuk oleh struktur logam yang terbuat dari natrium.

“Ini juga memungkinkan kapasitas dan efisiensi penyimpanan yang lebih besar, meningkatkan masa pakai baterai,” lanjut Wang. Sebagai pemimpin proyek penelitian, Profesor Steve Eichhorn berkomentar bahwa pekerjaan semacam ini menunjukkan bahwa bentuk penyimpanan energi yang lebih ramah lingkungan dimungkinkan, tanpa merusak lingkungan dalam produksinya.

Meski masih jauh dari separator berbasis rumput laut yang menemukan jalannya ke EV produksi massal, temuan ini adalah langkah besar. Patut diapresiasi, penelitian ini setidaknya membuktikan bahwa EV masa depan bisa dibuat lebih berkelanjutan dengan tetap memperhatikan aspek lingkungan.

.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

News Feed