oleh

Gelar Sekolah Lapang Cuaca Nelayan, BMKG Beri Penyuluhan Tentang Pemahaman Informasi Cuaca

Jakarta, Geomaritimnews, – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Emas Semarang menggelar kegiatan Sekolah Lapang Cuaca Nelayan (SLCN) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2020 di Kabupaten Rembang.

Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Emas, Retno Widyaningsih, mengatakan bahwa kegiatan yang didukung oleh Komisi V DPR RI dan BMKG pusat ini diikuti 25 peserta.

Mereka terdiri atas 2 petugas dari Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Kabupaten Rembang, 6 penyuluh dari Kabupaten Rembang, 7 Ketua kelompok nelayan Rembang, 1 ketua Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Rembang, 1 petugas DKP Pati, 2 penyuluh dari Pati, 5 ketua kelompok nelayan dari pati, dan 1 ketua HNSI Pati.

SLCN ini berlangsung dari 24-26 Agustus 2020 di Desa Tritunggal dan Hotel Pollos Rembang

“Tujuan program yang berlangsung sejak 2017 ini adalah memberi pemahaman pada penyuluh, petugas dinas, dan ketua kelompok nelayan dalam memahami informasi iklim dan cuaca yang dikeluarkan BMKG,” ujar Retno dalam acara Pembukaan SLCN Jateng 2020 di Balai Desa Tritunggal, Kecamatan Rembang, Selasa (25/8).

Menurut dia, informasi BMKG mestinya bisa dimanfaatkan sektor perikanan dan kelautan, baik dalam antisipasi terhadap cuaca ekstrem maupun untuk mengelola potensi perikanan.

“Kami memilih Rembang sebagai lokasi SLCN Jateng karena kami memandang potensi di Rembang sangat besar, dan juga dampak cuaca ekstrem di wilayah ini akan sangat mengganggu aktivitas nelayan,” kata dia.

Retno mengatakan, para peserta SLCN akan dilatih oleh narasumber dari BMKG dan DKP Rembang untuk memahami informasi iklim dan cuaca yang dikeluarkan BMKG. Mereka akan dibimbing dalam memanfaatkan informasi tersebut untuk menunjang kegiatan kelautan dan perikanan.

“Harapannya supaya nelayan tidak salah mengambil keputusan melaut, sehingga akan menghasilkan tangkapan ikan melimpah dan nelayan lebih sejahtera,” papar dia.

Retno menyebut, saat ini sudah masuk puncak musim kemarau, ditandai dengan angin yang bertiup sangat kencang, baik angin timur maupun barat. Hal ini bisa menimbulkan gelombang tinggi. Menurutnya, beberapa waktu belakangan, gelombang di Pantura Jawa Tengah cukup tinggi. Hal ini tentunya berdampak bagi pekerjaan nelayan.

Berkaitan dengan hal tersebut, Retno berharap peserta SLCN akan memahami apa yang dimaksud gelombang tinggi dan bagaimana mengantisipasinya. Menurutnya, pemahaman tersebut akan membuat nelayan lebih efektif dalam melaut.

“Apalagi saat ini, mereka sudah terdampak luas dengan adanya pandemi, hasil tangkapan mereka terbeli dengan harga murah, mereka juga terdampak gelombang tinggi. Kerena itu kami ingin memberi pamahaman pada nelayan, sehingga nelayan lebih sejahtera dengan mengantisipasi adanya cuaca,” tandas dia.

Senada, Kepala Pusat Meteorologi Maritim, Eko Prasetyo, mengatakan bahwa SLCN akan memberi pemahaman pada penyuluh perikanan tangkap, nelayan, juga kelompok nelayan tentang cuaca maritim untuk beraktivitas di laut.

“Sehingga, nelayan ketika beraktivitas di laut akan aman dan ada peningkatan kesejahteraan mereka,” kata dia.

Ketika membacakan sambutan Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, Eko juga mengatakan bahwa SLCN merupakan kegiatan yang mendukung ketahanan pangan. Dalam hal ini, SLCN merupakan upaya mengatasi permasalahan iklim yang dinilai menimbulkan potensi terganggunya ketahanan pangan di sektor kelautan dan perikanan.

 

 

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

News Feed