oleh

Kurangi Tangkapan Dari Alam, KKP Kembangkan Teknologi Budidaya Pembenihan Berkelanjutan

Jakarta, Geomaritimnews, – Tingkat pembudidayaan miliki kemungkinan hidup lebih tinggi dibandingkan dengan hasil tangkapan, karena itu Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus mengembangkan teknologi pembenihan komoditas rajungan yang berkelanjutan.

“Bila hanya mengandalkan tangkapan alam, tentu kenaikan produksi sangat bergantung banyak hal. Inovasi melalui teknologi pembenihan dan budidaya menjadi terobosan yang sangat penting. Budi daya juga menjadi solusi untuk menjaga kelestariannya di alam,” kata Dirjen Perikanan Budidaya KKP Slamet Soebjakto, Selasa, 1 September 2020.

Ia memaparkan rajungan atau yang dikenal dengan nama dagang Blue Swimming Crab menjadi penyumbang utama PDB sektor perikanan Indonesia bersama dengan udang, tuna-tongkol-cakalang, cumi-sotong-gurita dan rumput laut. Pasar ekspor rajungan, lanjutnya, terbuka ke beberapa negara seperti Amerika, Australia, Jepang, dan Uni Eropa.

“Peluang pasar ekspor dan lokal untuk komoditas rajungan terus meningkat setiap tahunnya. Namun, saat ini kebutuhan pasar ekspor masih sangat tergantung dari hasil tangkapannya di alam, sehingga dikhawatirkan akan menimbulkan eksploitasi berlebih,” kata Dirjen Perikanan Budidaya KKP.

Slamet menjelaskan pengembangan budi daya rajungan telah dilakukan sejak 2005 oleh Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya melalui Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP) Jepara dan Balai Perikanan Budidaya Air Payau (BPBAP) Takalar.

Ia mengungkapkan tingkat kelulushidupan benih rajungan hasil proses pembudidayaan mencapai 30-48 persen dan di tingkat pembesaran berkisar 30-35 persen. Ini menjadi dasar utama pengembangan teknologi budidaya rajungan berkelanjutan.

“Selain itu, hasilnya dapat digunakan untuk restocking benih di alam sehingga menambah populasi rajungan di habitat alaminya semakin meningkat,” tutur Slamet.

Slamet mengapresiasi terobosan yang dilakukan Eddy Nurcahyono, perekayasa BBPBAP Jepara, yang berhasil mengembangkan teknologi pembenihan rajungan yang aplikatif bagi masyarakat.

Ia mengutarakan harapannya agar ke depan, satu per satu tantangan pengembangan budi daya rajungan dapat diselesaikan, seperti belum adanya penetapan kawasan budi daya rajungan, sistem penyediaan benih dari unit perbenihan belum memadai, adanya keterbatasan informasi, dan pencatatan pada perikanan skala kecil.

“Strategi kami dalam pengembangan budidaya rajungan, pertama sosialisasi dan adopsi teknologi budidaya. Kedua, kita akan lakukan stock assessment, stock enhancement dan Pengelolaan Perikanan Berbasis Budi Daya,” pungkasnya.

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.

News Feed